Minggu, 30 Oktober 2011

transmisi manual


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Alasan Pemilihan Judul
Dalam kehidupan modern ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat dan teknologi dunia otomotif yang dulu sudah banyak yang ditinggalkan karena sudah tidak efisien untuk digunakan lagi. Sebab teknologi yang sekarang ini sudah lebih maju dari teknologi yang dulu, baik pada sepeda motor maupun pada mobil.
Dengan majunya teknologi otomotif ini, maka banyak perusahaan mengeluarkan produknya dengan mengandalkan suatu produk yang kompeten didunia otomotif,  dan sebagai bentuk  pelayanan  yang terbaik terhadap konsumen dengan mengutamakan kepuasan. serta memberikan penjelasan terperinci tentang transmisi. Dengan pertimbangan tersebut penulis tertarik untuk membahas dan memberikan tinjauan tentang Sistem Transmisi Manual.
      Pada Tugas Akhir ini penulis memilih media praktek yaitu transmisi manual, untuk membahas tentang sistem Transmisi Manual dengan alasan – alasan sebagai berikut :
  1. Hampir semua jenis kendaraan  bermotor menggunakan sistem Transmisi Manual.
  2. Pentingnya sistem transmisi manual pada kendaraan bermotor guna menyediakan hubungan antara pengemudi  dengan bekerjanya transmisi.
  3. Banyak buku – buku yang membahas tentang sistem transmisi manual, sehingga mudah dalam pencarian data – data untuk penulisan laporan.

B.     Tujuan Penulisan Laporan
Tujuan penulisan tugas akhir ini selain adalah untuk memenuhi persyaratan kurikulum  pada jurusan Teknik Otomotif Politeknik Ma’arif Purwokerto juga dimaksudkan untuk :
  1. Mengetahui lebih jauh tentang konstruksi, perawatan dan cara perbaikan suatu sistem transmisi manual serta memperkaya khasanah untuk menambah buku pustaka yang dapat diambil manfaatnya.
  2. Mengembangkan dan memperdalam ilmu yang telah didapat semasa kuliah.
  3. Sebagai salah satu pemanfaatan pembelajaran dalam bentuk power train.

C.     Ruang Lingkup Pembahasan
Pada umumnya bengkel - bengkel  transmisi di Indonesia yang secara manual sangat jarang kita jumpai karena mungkin orang beranggapan bahwa transmisi itu jarang sekali rusak, padahal transmisi didunia otomotif dibutuhkan perawatan dan juga sangat penting peranannya dalam dunia otomotif.
Mengingat begitu banyak konstruksi transmisi baik dari jenisnya dan kegunaannya, serta dalam kaitannya dengan transmisi yang penulis gunakan, maka penulis memberi batasan atau ruang lingkup pembahasan mengenai konstruksi, perawatan dan cara perbaikan sistem  transmisi pada mobil.

D.    Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan Tugas akhir ini untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan metode deskriptif dengan dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.  Teknik Observasi
Dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap benda kerja yang ada sehingga dapat diperoleh data tentang konstruksinya dan kondisi yang sesungguhnya saat transmisi manual beroperasi.
2.   Teknik Kepustakaan
Untuk menunjang penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak membaca buku-buku yang membahas tentang sistem transmisi manual.
3.   Teknik Wawancara
Teknik wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada orang yang berkompeten dalam bidangnya         (mengetahui tentang transmisi manual).





E.     Sistematika Penulisan Laporan
Guna mempermudah pembaca dalam memahami isi laporan Tugas Akhir ini penulis membagi sistematika sebagai berikut :
Bagian awal berisikan alasan pemilihan judul, halaman pengesahan, halaman penguji, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar.
      BAB I    PENDAHULUAN
         Pada bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, metode dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan, ruang lingkup.
BAB II SISTEM TRANSMISI MANUAL PADA MOTOR
         Pada bab ini berisi tentang dasar teoritis tentang transmisi, prinsip kerja, macam-macam roda gigi, konsep kerja transmisi, komponen-komponen utama sistem transmisi manual dan fungsinya.
BAB III TINJAUAN SISTEM TRANSMISI MANUAL  PADA   MOTOR
Pada bab ini berisi tentang macam-macam transmisi manual, mekanisme pengoperasian transmisi manual.
BAB IV TROUBLE SHOTING DAN LANGKAH
PERBAIKANNYA
         Pada bab ini berisi tentang membongkar dan memasang transmisi manual, perawatan dan pemeliharaan transmisi manual, trouble shoting.

      BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai sistem transmisi manual dan saran-saran yang berkaitan dengan sistem transmisi manual tersebut.
F.      Ruang lingkup Pembahasan.
Dari penulis disini akan membahas seputar tentang transmisi manual pada kendaraan roda empat dengan empat speed.






















BAB II
SISTEM TRANSMISI MANUAL PADA KENDARAAN

A.     Dasar Teoritis Tentang Transmisi.
Momen yang dihasilkan oleh mesin mendekati tetap, sementara tenaga bertambah sesuai dengan putaran mesin. Bagaimanapun juga kendaraan memerlukan momen yang besar untuk mulai berjalan (start) atau menempuh jalan yang menanjak, momen yang besar juga diperlukan saat melewati atau mendahului kendaraan lain. Tetapi momen yang besar tidak diperlukan selama kecepatan tinggi pada saat roda membutuhkan putaran yang cepat. Pada saat jalan rata, momen mesin cukup untuk menggerakkan mobil. Transmisi digunakan untuk mengatasi hal ini dengan cara menukar kombinasi gigi (perbandingan gigi), untuk merubah tenaga mesin menjadi momen sesuai dengan kondisi jalan dan memindahkan momen tersebut ke roda-roda. Bila kendaraan harus mundur, arah putaran dibalik oleh transmisi sebelum dipindahkan ke roda.(New Step2, Chassis).
Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda belakang, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki pengemudi.
Saat mobil berjalan pada kecepatan tinggi di jalan yang rata, tidak memerlukan momen yang besar disebabkan adanya momentum yang lebih baik dimana roda-roda berputar dengan sendirinya pada kecepatan tinggi. Namun demikian momen yang diturunkan itu terbatas, tidak dapat mencapai momen yang diperlukan untuk start dan jalan yang mendaki, maka diperlukan transmisi. Kerja transmisi disesuaikan dengan keadaan jalannya kendaraan. Transmisi juga berfungsi untuk merubah arah putaran out-put sehingga memungkinkan mobil berjalan mundur. Mesin hanya dapat berputar satu arah saja, gigi-gigi transmisi berkaitan sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat bergerak mundur. Transmisi dipasang dibelakang kolping dan dikontrol dengan tuas pengatur gigi yang terpasang didalam ruang pengemudi.
Aliran perpindahan tenaga (Power Train) lihat gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Aliran tenaga power train
Keterangan:
1. Engine
2. Kopling
3. Tranmsisi
4. Propeller Shaft
5. Defferential
6. Axle Shaft
7. Roda Belakang

Pada gambar diatas, aliran tenaga yang berasal dari engine diteruskan ke transmisi melalui kopling. Transmisi merubah momen putar yang dihasilkan mesin dengan cara mereduksi putaran dengan memanfaatkan rasio gigi percepatan dengan kombinasi perbandingan gigi yang berbeda-beda. Momen yang telah dirubah transmisi tersebut diteruskan ke poros propeller untuk diteruskan ke Defferential. Defferential meneruskan putaran dari propeller shaft ke roda belakang melalui axle shaft. Defferential berfungsi membedakan jumlah putaran antara roda kiri dan kanan saat kendaraan berbelok.

Selanjutnya penulis akan membahas tentang transmisi manual khususnya tipe synchromesh. Konstruksi dari transmisi tipe synchromesh lebih rumit dibanding tipe slidingmesh dan constantmesh karena pada transmisi ini mempunyai komponen pendukung yang lebih banyak. Seperti pada transmission housing sendiri dirancang sedemikian rupa sebagai rumah atau tempat komponen-komponen utama transmisi, juga sebagai pelindung komponen-komponen transmisi. Rumah transmisi atau transmission housing terbuat dari paduan aluminium. Bahan tersebut digunakan karena selain mudah dicetak juga ringan. Pada transmisi ini rumah kopling tergabung menjadi satu kesatuan dengan rumah transmisi, berbeda dengan transmisi Toyota Kijang 5K, dimana rumah kopling dapat dipisahkan dari rumah transmisi. Lihat gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Konstruksi Transmisi Mitsubishi L-300
Didalam bak transmisi terdapat roda gigi yang terpasang pada masing-masing porosnya. Jumlah poros-poros yang terdapat pada transmisi ada 5 buah poros tersebut berfungsi sebagai penyalur putaran dan juga sebagai dudukan gigi percepatan dan bantalan pendukung. Poros-poros tersebut yaitu:
1.      Poros Kopling (input shaft)
2.      Poros Sekunder (counter shaft)
3.      Poros Tambahan (poros untuk roda gigi mundur, roda gigi H)
4.      Poros Primer (output shaft)
5.      Poros Beladeur (poros untuk menggeser roda gigi D danF)


Gambar 3. Poros-poros Pada Transmisi

B.     Prinsip kerja transmisi manual.
Transmisi manual dan komponen-komponennya merupakan bagian dari sistem pemindah tenaga dari sebuah kendaraan, yaitu sistem yang berfungsi mengatur tingkat kecepatan dalam proses pemindahan tenaga dari sumber tenaga (mesin) ke roda kendaraan (pemakai/penggunaan tenaga).  Sistem pemindah tenaga secara garis besar terdiri dari unit kopling, transmisi, defrensial, poros dan roda kendaraan. Sementara posisi transmisi manual dan komponennya, terletak pada ujung depan sesudah unit kopling dari sistem pemindah tenaga pada kendaraan. Fungsi transmisi adalah untuk mengatur perbedaan putaran antara putaran mesin (melalui unit kopling) dengan putaran poros yang keluar dari transmisi.
Pengaturan putaran ini dimaksudkan agar kendaraan mampu bergerak sesuai dengan beban dan kecepatan kendaraan. Posisi transmisi manual pada kendaraan secara skema dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.







Gambar 4. Posisi transmisi manual pada kendaraan

Rangkaian pemindahan tenaga berawal dari sumber tenaga (Engine) ke sistem pemindah tenaga, yaitu masuk ke unit kopling (Clutch) diteruskan ke transmisi (Gear Box) ke propeller shaft dan keroda melalui defrensial (Final Drive). Konsep kerja transmisi manual dapat dijelaskan melalui gambar 2 dan 3 berikut.






Gambar 5. Prinsip Kerja menggunakan konsep momen

Berdasarkan gambar 2 tersebut, dapat dilihat perbedaan antara keduanya. Gambar pertama seseorang mendorong mobil ditanjakan secara langsung, sementara gambar kedua menggunakan tongkat pengungkit. Melihat kondisi tersebut, manakah diantara keduanya yang lebih ringan? Jawabnya tentu dia yang menggunakan pengungkit, sebab pada posisi pertama gaya dorong secara langsung, sementara posisi kedua menggunakan transfer momen melalui tongkat. Semakin panjang lengan, maka tenaga yang dikeluarkan untuk mendorong kendaraan akan semakin ringan.
Konsep dasar di atas kemudian dipergunakan dalam membuat desain transmisi, dimana lengan pengungkit tersebut diterapkan pada diameter roda gigi. Sehingga transmisi kendaraan juga disebut dengan gear box atau kotak roda gigi, karena komponen utama transmisi adalah roda gigi. Konsep pemindahan tenaga melalui roda gigi, seperti terlihat pada gambar 3 berikut ini.







Gambar 6. Konsep pemindahan tenaga melalui roda gigi

Gambar 3 (a) menggambarkan lengan pengungkit sederhana. Pada kondisi seimbang persamaannya M x l = m x 4l artinya massa m yang hanya ¼ M dapat mengangkat M. Hal ini menunjukan bahwa dengan gaya yang kecil dapat mengangkat massa yang beratnya 4 kali lipat, karena digunakannya sistem lengan pengungkit.
Gambar 3 (b), menunjukkan bagaimana dua piringan dipergunakan sebagai lengan pengungkit. Pada contoh tersebut massa yang digantungkan pada poros C akan mengangkat beban yang ada pada poros D. Rangkaian ini mungkin dapat dipergunakan untuk memahami konsep kerja transmisi, mesin dihubungkan ke poros C, dan yang ke roda dihubungkan ke D. Apabila diameter piringan B dibuat tiga kali piringan A, maka momen yang dihasilkan tiga kali lipat. Namun bila perbandingan giginya (gear ratio) 2 : 1, maka roda gigi A berputar dua kali, sedangkan roda gigi B berputar 1 kali. Momen pada roda gigi A ½ dari roda gigi B, atau gaya angkatnya akan setengah dari beban yang diangkat.
1.      Macam-macam Roda gigi
Roda gigi/Gears adalah roda yang terbuat dari besi yang mempunyai gerigi pada permukaannya. Bentuk gigi dibuat sedemikian rupa hingga dapat bekerja secara berpasangan dan setiap pasangan terdapat sebuah roda gigi yang menggerakkan (driving gear) dan sebuah roda gigi yang digerakkan (drive Gear).
Suatu kelompok/kumpulan roda gigi dengan komponen lain membentuk suatu sistem transmisi dalam suatu kendaraan, mereka terletak dalam suatu wadah yang disebut transmission case, atau kadang juga disebut gear box. Beberapa macam desain roda gigi yang dipergunakan pada transmisi seperti terlihat pada gambar 4 di bawah ini.





Gambar 7. Macam-macam roda gigi

a.       Roda gigi jenis Spur–bentuk giginya lurus sejajar dengan poros, dipergunakan untuk roda gigi geser atau yang bisa digeser (Sliding mes).
b.      Roda gigi jenis Helical – bentuk giginya miring terhadap poros, dipergunakan untuk roda gigi tetap atau yang tidak bisa digeser (Constant mesh dan synchromesh).
c.       Roda gigi jenis Double Helical – bentuk giginya dobel miring
terhadap poros,  dipergunakan untuk roda gigi tetap atau yang tidak bisa digeser (Constant mesh dan synchro-mesh).
d.      Roda gigi jenis Epicyclic – bentuk giginya lurus atau miring terhadap poros,  dipergunakan untuk roda gigi yang tidak tetap kedudukan titik porosnya (Constant mesh).
                      
2.      Konsep kerja transmisi
Seperti telah dikemukakan di atas, transmisi pada kendaraan terdiri dari  berbagai bentuk roda gigi, ada yang sistem tetap ada yang digeser (slidingmesh). Berikut ini akan dicoba dijelaskan konsep kerja masing-masing.
a.       Transmisi dengan roda gigi geser.
Roda gigi pada poros input yaitu berasal dari kopling, dipasang mati. Sedangkan roda gigi yang dipasang pada poros output dipasang geser/sliding.  Roda gigi yang digunakan untuk model ini tentunya jenis spur. Perhatikan pada gambar 5 dibawah ini.
Posisi Netral, setiap transmisi mempunyai posisi ini dimana putaran poros input tidak dipindahkan keporos output. Posisi ini digunakan saat berhenti atau yang lainnya dimana sedang tidak memerlukan tenaga mesin.








Gambar 8. Transmisi Sliding Gear
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka kedua roda gigi pada poros output (C & D) digeser agar tidak berhubungan dengan rodagigi dari poros input (A & B). Posisi gigi 1, digunakan untuk menggerakan kendaraan pertama kali. Kondisi ini memerlukan momen yang besar gerakan pelan, maka roda gigi pemutar (Driver) harus yang lebih kecil (A) memutar roda gigi yang lebih besar (D).
Sehingga roda gigi pada poros output yang dihubungkan dengan roda gigi yang sebelah kiri, sementara yang sebelah kanan tidak berhubungan. Seperti terlihat pada gambar 6 berikut ini.





Gambar 9.  Posisi gigi 1

Posisi gigi 2,  pada posisi ini tentunya kendaraan sudah bergerak sehingga momennya tidak begitu besar dibandingkan dengan saat posisi gigi 1. komposisi roda gigi pada posisi gigi kedua ini roda gigi D digeser sampai tidak berhubungan dengan roda gigi A, dan roda gigi C digeser kekiri agar berhubungan dengan roda gigi B. Dengan demikian, putaran poros input dipindahkan melalui roda gigi B & C ke poros output.

b.      Transmisi dengan roda gigi tetap.
Sistem pemindahan kecepatan pada sistem ini tidak memindah roda gigi, namun dengan menambah satu perlengkapan kopling geser. Hubungan roda gigi C & D terhadap poros output bebas bukan sliding seperti pada model sebelumnya. Sedangkan yang terhubung sliding dengan poros output adalah kopling gesernya. Ilustrasi model ini dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini






Gambar 10. Transmisi dengan posisi roda gigi tetap

Pada model transmisi roda gigi tetap ini memungkinkan dipergunakan bentuk roda gigi selain model spur. Sehingga memungkinkan penggunaan roda gigi yang lebih kuat.  Kopling geser dapat digeser kekanan atau kekiri. Bila kopling ada ditengah maka berarti transmisi pada posisi netral. Pada posisi ini meskipun roda gigi C & D terus berputar bersama roda gigi A & B, namun tidak ada pemindahan putaran keporos output. Hal ini karena baik roda gigi C maupun roda gigi D terpasang bebas terhadap poros output.
Posisi gigi 1, kopling geser digeser kekiri hingga berhubungan dengan roda gigi D. Sehingga putaran poros input disalurkan melalui roda gigi A memutar roda gigi D dan membawa kopling geser yang telah terhubung, dan akhirnya poros output terbawa putaran melalui kopling geser. Posisi gigi 2, kopling digeser kekanan hingga berhubungan dengan roda gigi C. Sehingga putaran poros input disalurkan melalui roda gigi B memutar roda gigi C dan  membawa kopling geser yang telah terhubung, dan akhirnya poros output terbawa putaran melalui kopling geser.

c.       Transmisi Synchronmesh
Terdapat kerugian yang perlu diatasi pada penggunaan sistem roda gigi geser seperti yang telah diuraikan di atas, yaitu:
                                     1).      Suara transmisi kasar saat memindah kecepatan
                                     2).      Pemindahan gigi sangat sulit, apalagi pada kecepatan tinggi, sehingga pemindahan gigi harus dilakukkan pada kecepatan yang rendah.
Hal ini juga dialami pada sistem pengembangan yang menggunakan sistem Constantmesh. Meskipun pada sistem constant-mesh sudah tidak menggunakan penggeseran roda gigi, namun sistem penyambungannya masih mengalami permasalahan. Penyambungan yang dipergunakan pada sistem Constantmesh    mirip pada sistem sliding gear saat memasukan kecepatan tertinggi yaitu antara roda gigi  C dengan roda gigi  D. Dengan kata lain, kendaraan yang transmisinya menggunakan sistem sliding gear atau constantmesh akan terhambat khususnya pada proses akselerasi kendaraan. Karena setiap pemindahan kecepatan harus menunggu putaran terlebih dahulu. Permasalahan proses pemindahan gigi tersebut, karena perbedaan putarankedua gigi yang akan disambungkan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan :  gambar 7  jumlah gigi dari roda gigi A = 20; B =30;  C = 20; dan D = 30. Pada saat kendaraan belum berjalan, berarti putaran poros output dan kopling geser n2= 0 rpm. Sementara bila putaran poros input adalah n1 = 1000 rpm, maka putaran roda gigi D n3 dapat dihitung sebagai berikut:
n3 = (A x n1)/D = (20 x 1000)/30 = 666 rpm. Pada putaran yang demikian tinggi yaitu 666 rpm, sementara kopling geser tidak berputar tentu tidak dapat dihubungkan. Untuk itu biasanya pengemudi, memutus hubungan poros input dengan mesin dengan menginjak pedal kopling. Meskipun demi-kian untuk putaran sebesar 666 rpm, disamping tidak/sulit dihubungkan, kalau dapat dihubungkan akan terjadi kejutan yang luar biasa. Kejutan ini dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen transmisi.
Oleh karena itu kemudian ditemukan sistem synchromesh. Sistem ini secara sederhana seperti terlihat pada gambar 8. Roda gigi transmisi dalam kondisi tetap, untuk memindahkan posisi kecepatan dipergunakan perlengkapan synchromesh, dimana dengan bentuk konisnya akan menyamakan putaran, baru kemudian gigi sleeve disambungkan. Kemampuan menyesuaikan putaran antara dua roda gigi yang akan disambungkan ini yang tidak dimiliki oleh kedua sistem sebelumnya. Lihat gambar 8 dibawah ini.







Gambar 11. Unit SynchroMesh

Sistem  synchromesh  ini yang kemudian dipergunakan pada transmisi manual sampai saat ini. Cara kerjanya saat handel transmisi pada posisi netral, maka synchromesh berada ditengah  tidak berpengaruh atau dipengaruhi oleh kedua roda gigi yang ada disampingnya. Pada saat synchromesh digerakan kekiri kearah roda gigi (1), maka synchro hub (4)  akan terdorong kekiri dan semakin kuat, maka akan mengerem putaran melalui bentuk konisnya hingga putaran antara roda gigi (1) dengan synchro hub (4) sama, kemudian sleeve (3) bergeser kekiri lebih lanjut hingga tersambung dengan gigi kecil (dog teeth) (2). Posisi ini berarti proses penyambungan sudah selesai. Dengan cara demikian proses penyambungan roda gigi transmisi tidak perlu menunggu turunnya putaran mesin. Proses tersebut sama saat akan menghubungkan dengan roda gigi yang sebelah kanan (8),  synchromesh digerakan kekanan kearah roda gigi (8), maka synchro hub (4) akan terdorong kekanan dan semakin kuat, maka akan mengerem putaran melalui bentuk kronisnya hingga putaran antara roda gigi (8) dengan synchro hub (4) sama, kemudian sleeve (3) bergeser kekanan labih lanjut hingga tersambung dengan gigi kecil (dog teeth) roda gigi (8).

d.      Automatic Gear Transmission
Transmisi ini merupakan transmisi modern yang merupakan penyempurnaan dari transmisi manual. Dengan transmisi ini pengemudi lebih dimanjakan, karena tidak perlu memindahkan gigi di tiap tahap percepatan. Transmisi ini secara otomatis akan menyesuaikan pemakaian gigi yang digunakan di tiap tahap percepatan. Pada transmisi ini terdapat tiga unit komponen utama yaitu:
                                     1).            Torque Converter
Torque Converter berfungsi sebagai kopling otomatis. Disamping itu juga berfungsi untuk memperbesar momen. Torque converter terdiri dari pump impeller, turbine runner dan stator. Torque converter diisi dengan ATF (Automatic Transmission Fluid) dan momen mesin dapat dipindahkan dengan adanya aliran fluida. (New Step2, Pemindah daya).
                                     2).            Planetary Gear Unit
Planetary Gear Unit berfungsi sebagai penerus tenaga dari torque converter dimana roda gigi planetary ini terdiri dari tiga roda gigi; ring gear, pinion gear, sun gear dan planetary carrier. Roda-roda gigi input, output dan stationary dibuat untuk memindahkan dan membalikkan momen mesin. Umumnya dua pasang roda gigi planetary digunakan untuk tipe kendaraan dengan transmisi otometis tiga percepatan dan tiga pasang roda gigi planetary digunakan pada tipe kendaraan transmisi otomatis dengan empat percepatan. (New Step2, Pemindah daya).

                                     3).            Hydraulic Control System
Hydraulic Control System berfungsi untuk memindahkan secara otomatis dan menghubungkan roda-roda gigi input, output dan stationary dari roda gigi planetary dan planetary carrier sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan (kecepatan kendaraan, membukanya throttle, beban dan lain-lain). (New Step2, Pemindah daya).

C.     Komponen-komponen utama sistem transmisi dan fungsi-Fungsinya
1.     Komponen-komponen utama dan fungsi-fungsinya dapat dilihat pada  tabel 1 dibawah ini.
No
Komponen
Fungsi
1.
Transmission input saft/Poros input transmisi
Sebuah poros dioperasikan dengan kopling yang memutar gigi di dalam gear
box.
2.
Transmission gear/Gigi transmisi
Untuk mengubah output gaya torsi yang meninggalkan transmisi.
3.
Syncrhomiser/Gigi penyesuai
Komponen yang memungkinkan pemindahan gigi pada saat mesin bekerja/hidup.
4.
Shift fork/Garpu pemindah

Batang untuk memindah gigi atau synchroniser pada porosnya sehingga memungkinkan gigi untuk dipasang/dipindah.
5.
Shift lingkage/Tuas penghubung
Batang/tuas yang menghubungkan tuas
persneling dengan shift fork.
6.
Gear shift lever/Tuas pemindah presnelling
Tuas yang memungkinkan sopir memindah gigi transmisi.
7.
Transmission case/Bak transmisi

Sebagai dudukan bearing transmisi dan
poros-poros serta sebagai wadah oli/minyak transmisi.

8.
Output shaft/Poros output

Poros yang mentransfer torsi dari transmisi ke gigi terakhir.
9.
Bearing/Bantalan/laker
Mengurangi gesekan antara permukaan
benda yang berputar di dalam sistem transmisi. 
10.
Extension housing/Pemanjangan bak

Melingkupi poros output transmisi dan
menahan seal oli belakang. Juga menyokong poros output.













BAB III
TINJAUAN SISTEM TRANSMISI MANUAL
PADA KENDARAAN

A.     Macam-macam transmisi manual.
1.      Transmisi Tiga Kecepatan dengan Slidingmesh
Transmisi ini telah digunakan pada kendaraan bermotor pada tahun 1930-an. Disini bukan akan mempelajari sejarah transmisi, namun model ini mempermudah untuk memahami prisip kerja sebuah transmisi, khususnya
bagaimana proses pemindahan/transfer tenaga/momen dilakukan di dalam sebuah transmisi kendaraan bermotor. Skema sederhana model transmisi ini, dapat dilihat pada gambar 9 berikut ini. Transmisi ini menggunakan roda gigi jenis spur gear dan dibuat dengan tiga poros yang terpisah, yaitu:
a).    Poros primer (4) (primary shaft) yaitu poros yang menerima gerak putar pertama dari kopling.
b).    Poros perantara (2) (layshaft/countershaft) yaitu tempat roda gigi counter ditempatkan.
c).    Poros utama (9) (mainshaft) yaitu poros keluar dari transmisi, ke komponen sistem pemindah tenaga lainnya.







Gambar 12. Transmisi dengan Sliding-mesh

Poros primer yang dihubungkan dengan kopling, ujungnya dipasaang mati dengan roda gigi pinion sebagai pemutar tetap pada sistem transmisi, dan memberikan putaran pada kelompok roda gigi pada poros perantara. Sementara roda gigi pada poros utama dapat digeser-geser dan secara sendiri-sendiri dapat dihubungkan dengan roda gigi yang ada pada poros perantara yang dibuat berputar bersama. Penggeseran roda gigi pada poros utama, menggunakan pemindah gigi (8) diteruskan ke garpu selektor (6). Pada posisi netral, semua roda gigi pada poros utama diposisikan tidak berhubungan dengan roda gigi yang ada pada poros perantara. Putaran dari poros primer diteruskan ke roda gigi pada poros perantara, namun tidak memutar roda gigi yang ada pada poros utama. Dengan kata  lain, putaran dari poros primer tidak ditransfer ke poros utama/output transmisi. Posisi Gigi Pertama, roda gigi A pada poros utama digeser hingga berhubungan dengan roda gigi B pada poros perantara lihat gambar 6 atau pada gambar 5 komponen nomor 11. Sementara roda gigi C dalam posisi netral. Pada posisi ini, berarti putaran dari roda gigi E pada poros primer, dipindahkan ke roda gigi F yang dipasang mati dengan roda gigi B atau roda gigi F memutar roda gigi B. Putaran dari roda gigi B dipindahkan ke Roda gigi A dan diteruskan keporos utama sebagai output transmisi. Karena roda gigi pemutar (driver) jumlah giginya lebih sedikit (yaitu Roda gigi E dan B) dari  roda gigi yang diputar (driven), maka terjadi penurunan atau reduksi putaran bertingkat. Lihat gambar 10 dibawah ini.





Gambar 13. Prinsip kerja transmisi tiga kecepatan

Perhitungan reduksi dilakukan dengan membandingkan antara jumlah gigi pada roda gigi yang diputar dibandingkan dengan jumlah gigi pada roda gigi pemutar.  Sehingga rumus perbandingan giginya sebagai berikut:
Perbandingan Gigi Pertama = F/E x A/B = 40/20 x 40/20 = 4. Angka 4 ini menunjukan bahwa momen output pada transmisi akan 4 kali lebih besar dibandingkan momen pada poros inputnya, namun kecepatan/putarannya poros output transmisi ¼ dari putraran poros input. Artinya pada rpm mesin yang sama, kecepatan kendaraan lebih lambat.
Hal ini diperlukan untuk mengangkat beban kendaraan yang lebih besar dengan tenaga yang tetap. Posisi Gigi Kedua, pada kecepatan kedua roda gigi A dilepaskan dari roda gigi B, dan roda gigi C dihubungkan keroda gigi D. Sehingga aliran tenaga/putaran dari roda gigi E ke roda gigi F, roda gigi F berputar bersama dengan roda gigi D, selanjutnya roda gigi D memutar roda gigi C dan diteruskan ke poros output transmisi. Perhitungan reduksi putaran sama dengan pada posisi gigi pertama di atas, yaitu:  Perbandingan Gigi Kedua = F/A x C/D = 40/20 x 30/30 = 2. Angka 2 ini menunjukan bahwa momen output pada transmisi akan 2 kali lebih besar dibandingkan momen pada poros inputnya, namun kecepatan/putarannya poros output transmisi ½ dari putraran poros input. Artinya pada rpm mesin yang sama, kecepatan kendaraan lebih cepat dua kali di-bandingkan posisi gigi pertama. Posisi Gigi Ketiga atau tertinggi, pada posisi ini roda gigi A tetap bebas, roda gigi C dilepas dari roda gigi D dan digeser dihubungkan langsung melalui dog clutch dengan roda gigi E.
Dengan demikian putaran poros input sama dengan putaran poros output atau 1 : 1. Posisi Gigi Mundur/Reverse, diperlukan untuk menggerakan kendaraan mundur. Pada posisi ini roda gigi C digeser pada posisi netral dan roda gigi A digeser berhubungan dengan roda gigi H, putaran roda gigi E ke roda gigi F, selanjutnya roda gigi G yang berputar bersama dengan roda gigi F memutar roda gigi H, dan roda gigi H memutar roda gigi A dan diteruskan keporos output transmisi dengan putaran kebalikan dari poros input. Bila jumlah gigi G adalah 10, maka perbandingan Gigi Kedua = F/E x H/G x A/H = F/E x A/G = 40/20 x 40/10 = 8. Angka 8 ini menunjukan bahwa momen output pada transmisi akan 8 kali lebih besar dibandingkan momen pada poros inputnya, namun kecepatan/putarannya poros output transmisi 1/8 dari putraran poros input. Artinya pada rpm mesin yang sama, kecepatan kendaraan 1/8 lebih lambat.

d).    Unit Mekanisme Selektor
Seperti telah disinggung dalam uraian di atas, pada transmisi ada perlengkapan yang berfungsi untuk mengoperasionalkan transmisi, yaitu untuk merubah dari kecepatan yang satu kekecepatan yang lainnya. Didalam pemindahan roda gigi tidak boleh terjadi penyambungan dobel, misalnya saat roda gigi A berhubungan dengan roda gigi H atau B, maka roda gigi C juga berhubungan dengan roda gigi E atau D. Bila ini terjadi, maka akibatnya bisa fatal, kalau nggak terkunci atau tidak bisa berputar semua, maka bisa terjadi kerusakan pada salah satu pasang roda gigi. Untuk mencegah terjadinya permasalahan tersebut, maka pada transmisi manual dilengkapi dengan perangkat mekanisme selektor, seperti terlihat pada gambar 11 berikut ini.




Gambar 14. Mekanisme Selektor
Garpu selektor (selector fork) pada gambar 7a, dipergunakan untuk menggeser roda gigi pada poros utama. Pada transmisi tiga kecepatan ditambah satu kecepatan mundur diperlukan dua buah garpu selektor. Bagian bawah garpu selektor berhubungan dengan roda gigi, sedangkan bagian atasnya berhubungan dengan handel transmisi yang digerakan dari ruang kemudi. Setiap transmisi harus dilengkapi dengan pealatan (a) untuk menempatkan selektor untuk menghindari roda gigi bergerak sendiri, dan (b) untuk mencegah dua gigi terhubung secara bersamaan. Jadi 7b berfungsi untuk menahan posisi roda gigi. Pada posisi ini bila salah satu roda gigi dipindahkan, maka yang lainnya dikunci oleh mekanisme sektor, seperti ter-lihat pada gambar 7c. Pennguncian melalui desain plunger yang dipasang antar batang selektor. Dengan demikian bila salah satu roda gigiakan dihubungkan, maka yang lainnya dikunci pada posisi netral. Bila roda gigi A dihubungkan maka roda gigi C dikunci pada posisi netral. Sehingga dengan mekanisme selektor kemungkinan terhubungnya dua roda gigi secara bersamaan dapat dicegah.

2.      Transmisi synchromesh 4 kecepatan 
Konsep aliran tenaga/momen sama dengan yang dipergunakan pada transmisi tiga kecepatan di atas. Perbedaannya pada transmisi ini tidak menggunakan sistem sliding gear kecuali untuk reverse. Kondisi ini jadi memungkinkan dipergunakan bentuk gigi selain spur, baik yang bentuk  helical atau yang dobel helical. Bentuk gigi ini di samping lebih kuat karena kontak antar giginya lebih luas, suaranya juga lebih halus. Konstruksi transmisi ini, seluruh roda gigi pada poros utama (main shaft) terhubung bebas. Sedangkan sychromesh dengan poros utama terhubung sliding. Lihat gambar 12 berikut ini.






Gambar 15. Transmisi 4 kecepatan

Posisi netral, adalah posisi di mana kedua synchro-mesh tidak sedang menghubungkan roda gigi, dan roda gigi untuk posisi reverse juga tidak terhubung. Sehingga putaran dari poros primer dipindahkan keroda gigi yang ada pada poros perantara dan dipindahkan keroda gigi yang ada pada poros utama namun tidak memutar poros utama. Lihat gambar 13 dibawah ini :
 



Gambar 16. Posisi gigi netral
 
Posisi gigi pertama. Synchromesh sebelah kanan di-geserkekanan, sehingga poros utama berhubungan dengan roda gigi D. Dengan demikian putaran mesin masuk ke kopling memutar poros primer dan memutar roda gigi A. Roda Gigi A memutar seluruh roda gigi yang ada pada poros perantara yaitu roda gigi B, C, E, K dan memutar roda gigi D, F, dan G. Karena yang terhubung melalui synchro-mesh adalah roda gigi D, maka putaran mesin dipindahkan ke poros utama melalui roda gigi D, sementara roda gigi F dan G berputar bebas. Lihat gambar 14 dibawah ini :





Gambar 17. Posisi gigi 1
Posisi gigi kedua. Synchromesh sebelah kanan digeser kekiri, sehingga poros utama berhubungan dengan roda gigi F. Dengan demikian putaran mesin masuk ke kopling memutar poros primer dan memutar roda gigi A. Roda GigiA memutar seluruh roda gigi yang ada pada poros perantara yaitu roda gigi B, C, E, K dan memutar roda gigi D, F, dan G. Karena yang terhubung melalui synchromesh adalah roda gigi F, maka putaran mesin dipindahkan ke poros utama melalui roda gigi F, sementara roda gigi D danG berputar bebas. Lihat gambar 15 sebagai berikut :
Gambar 18. Posisi gigi 2

Posisi gigi ketiga.  Synchromesh sebelah kiri digeser kekanan, sehingga poros utama berhubungan dengan roda gigi G. Dengan demikian putaran mesin masuk ke kopling memutar poros primer dan memutar roda gigi A. Roda Gigi A memutar seluruh roda gigi yang ada pada poros perantara yaitu roda gigi B, C, E, K dan memutar roda gigi D, F, dan G. Karena yang terhubung melalui synchro-mesh adalah roda gigi G, maka putaran mesin dipindahkan ke poros utama melalui roda gigi G, sementara roda gigi F dan G berputar bebas. Lihat gambar 15 dibawah ini :
 
 





Gambar 19. Posisi gigi 3

Posisi gigi keempat atau tertinggi. Synchromesh sebelah kiri digeser kekiri, sehingga poros utama berhubungan dengan roda gigi A. Dengan demikian putaran mesin masuk ke kopling memutar poros primer dan memutar roda gigi A.Roda Gigi A memutar seluruh roda gigi yang ada pada poros perantara yaitu roda gigi B, C, E, K dan memutar roda gigi D, F, dan G. Karena yang terhubung melalui synchro-mesh adalah roda gigi  A, maka putaran mesin dipindahkan ke poros utama melalui roda gigi A, sementara roda gigi D, F dan G berputar bebas. Pada posisi ini semua gigi berputar bebas, karena putaran dari mesin terhubung langsung ke poros utama atau poros output transmisi. Besarnya reduksi putaran cara menghitungnya sama dengan yang telah dijelaskan di atas, saat membahas transmisi sliding tiga kecepatan. Reduksi putaran ini sangat bervariasi antar kendaraan bermotor. Kapasitas beban maksimum kendaraan akan menjadi pertimbangan dalam memilih dan menentukan seberapa besar reduksi yang perlu dilakukan. Semakin berat kapasitas beban maksimum kendaraan, maka akan semakin besar reduksi putaran oleh transmisi. Sehingga untuk kendaraan ringan berarti reduksi semakin kecil, kadang untuk  jenis sedan transmisinya dilangkapi dengan fasilitas overdrive. Fasilitas ini memungkinkan putaran poros main shaft lebih besar dibandingkan dengan poros primer. Lihat gambar 16 dibawah ini :
Gambar 20. Posisi gigi 4

 
Saat posisi gigi mundur. Tuas pemindah diposisikan pada posisi R, batang pemindah mendorong drive liver untuk menggerakkan shift fork. Shift fork menempatkan clucth hub sleeve and hub agar menempatkan gigi I, pada output shaft untuk berhubungan dengan gigi mundur(gigi L), sehingga putaran output shaft berkebalikan arah dengan putaran input shaft. Sehingga kendaraan dapat berjalan mundur. Lihat gambar 17 dibawah ini :




Gambar 21. Posisi gigi mundur
B.     Mekanisme pengoperasian transmisi manual.
Mekanisme pengoperasian transmisi, berfungsi untuk menyediakan hubungan antara pengemudi dengan bekerjanya transmisi. Sehingga mekanisme pengoperasian merupakan sarana untuk mengendalikan bekerjanya transmisi oleh pengemudi. Dengan demikian pengemudi dapat memilih gigi kecepatan yang dianggap sesuai dengan kondisi kecepatan dan beban kendaraan. Konstruksi mekanisme pengoperasian ada tiga macam, yaitu sistem handel langsung, sistem handel pada kemudi, dan sistem menggunakan kabel baya elastis. Sistem pemindah gigi handel langsung konstruksinya dapat dilihat pada gambar 13 berikut ini.







Gambar 22. Sistem Pemindah Langsung

Perhatikan gambar 10, Kalau tuas pemindah didorong penuh ke kiri oleh pengemudi, maka lengan selektor akan berada pada tuas garpu gigi 1 dan 2. pada posisi ini bila pengemudi mendorong kedepan , berarti lengen selektor menarik tuas garpu gigi 1 dan 2 dan membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 1. Sebaliknya bila menarik tuas pemindah kebelakang berarti mendorong tuas garpu gigi 1 dan 2 dan membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 2. Kalau tuas pemindah dilepas oleh pengemudi, maka tuas pemindah akan berada ditengah dan lengan selektor akan berada pada tuas garpu gigi 3 dan 4. pada posisi ini bila pengemudi mendorong kedepan , berarti lengen selektor menarik tuas garpu gigi  3 & 4 dan membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 3. Sebaliknya bila menarik tuas pemindah kebelakang berarti mendorong tuas garpu gigi 3 & 4 dan membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 4. Kalau tuas pemindah ditarik penuh ke kanan oleh pengemudi, maka lengan selektor akan berada pada tuas garpu mundur. pada posisi ini bila pengemudi menarik tuas pemindah kebelakang berarti mendorong  tuas garpu mundur dan mem-bawa roda gigi masuk ke posisi gigi mundur. Sistem pemindah gigi handel pada kemudi konstruksinya dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini.







Gambar 23.  Sistem pemindah gigi pada kemudi

Pada prisipnya pemindahan gigi di dalam transmisi sama dengan yang telah dijelaskan di atas. Sistem ini dipergunakan agar samping pengemudi ruangannya dapat dipergunakan  untuk tempat duduk. Contoh pada kendaraan adalah dipergunakan pada mobil Mitsubishi L300. Sementara untuk sistem  menggunakan kabel baya elastis, seperti terlihat pada gambar 14 berikut ini dipergunakan pada kendaraan sedan dengan front wheel drive dan mesin melintang. Sistem ini lebih fleksibel dan mampu untuk menjangkau posisi transmisi yang sulit yang tidak memungkinkan digunakan kedua sistem sebelumnya. Lihat gambar 15 dibawah ini.







Gambar 24. Sistem operasional Transmisi menggunakan kabel baja elastis












BAB IV
TROUBLE SHOTING DAN LANGKAH PERBAIKANNYA

A.     Membongkar dan memasang  transmisi manual

  1. Langkah Persiapan
Sebelum melakukan proses pembongkaran, perlu dipersiapkan alat dan perlengkapan yang diperlukan. Hal ini agar waktu yang diperlukan tidak hilang karena harus mencari alat atau perlengkapan. Alat dan perlengkapan yang diperlukan adalah :
a.    Dongkrak mobil dan  penyangga/jack stand.
b.   Dongkrak transmisi seperti gambar 16  berikut ini.








Gambar 25.  Dongkrak transmisi

Dongkrak ini jenis hidrolis, namun ada juga yang menggunakan ulir. Alat ini menjadi sangat penting dalam pembongkaran maupun pemasangan transmisi. Sebab posisi dan masa transmisi akan menyulitkan proses pemasangan ataupun pembongkaran. Disamping itu keselamatan pekerja akan sangat berbahaya tanpa dongkrak ini, dan juga ketepatan pemasangan transmisinya. Mobil kijang sebagai bahan pelatihan.
a.       Kotak alat yang berisikan kunci yang diperlukan
b.      Lampu kerja untuk penerangan mengingat posisi transmisi yang cenderung dibawah kendaraan.
c.       Pompa pengisi minyak pelumas transmisi dan minyak pelumasnya.
d.      Bak penampung minyak pelumas yang lama
e.       Vet gravit dan kain lap/majun.
  1. Proses pembongkaran :
a.       Lepaskan terminal negative bateri, ini untuk menjaga kemungkinan terjadinya hubungan singkat saat bekerja.
b.      Angkat mobil menggunakan dongkrak dan  pasang jackstand tinggi pengangkatan untuk memberi ruang gerak yang leluasa bagi pekerja maupun proses pembongkaran dan pemasangan transmisi.
c.       Lepaskan karet penutup tongkat/tuas/handel pemindah gigi transmisi. Lihat gambar 17 berikut ini. Dengan melepas baut pengikatnya.










Gambar 26. Sistem pemindah gigi pada kemudi

d.      Lepaskan handel pemindah gigi transmisi, dengan melepas baut pengikatnya dan angkat keluar. Lihat gambar 18 berikut ini.





Gambar 27. Pelepasan baut pengikat handel transmisi

e.       Lepaskan motor starter, yaitu lepas kabel-kabelnya dan baut pengikatnya.
f.        Keluarkan minyak pelumas transmisi, dengan membuka baut tap, dan siapkan bak penampung minyak pelumas. Sesudah habis, pasang kembali baut tap dan singkirkan bak penampung minyak pelumas, jangan sampai tumpah. Kalau tumpah bersihkan dulu.
g.       Lepaskan sambungan ke poros propeller, supaya saat pemasangan tidak keliru beri tanda sebelum dilepas. Seperti terlihat pada gambar 19.
h.       Lepaskan kabel speedometer dan kabel lampu mundur dari terminalnya.
i.         Lepaskan kabel kopling dari tuas pembebasnya. Lihat gambar 19.





Gambar 28. Melepas propeller shaft




Gambar 29. Melepas kabel kopling

j.        Lepaskan pegangan dan klem knalpot yang berhubungan dengan transmisi.
k.      Pasang dongkrak transmisi dengan baik, bila perlu ikat dengan baut atau rantai yang tersedia. Hal ini untuk menghindari transmisi jatuh saat baut pengikatnya dilepas. Perhatikan gambar 21 berikut.





Gambar 30. Posisi dongkrak transmisi

l.         Lepaskan mounting transmisi.
m.     Kendorkan baut pengikat rumah transmisi. Perhatikan apakah transmisi tetap pada posisi datar atau tidak, bila miring seperti gambar 20, maka naikkan dongkraknya.
n.       Bila transmisi sudah posisi datar dengan benar, maka lepaskan baut pengikat transmisi. Sekali lagi perhatikan posisi datar transmisi.
o.      Tarik transmisi kearah belakang mobil, sampai ujung poros pirmer transmisi lepas, dan selanjutnya turunkan pelan-pelan dongkrak transmisi sampai diperkirakan saat ditarik keluar dari bawah mobil tidak menyangkut.
p.      Turunkan transmisi dari dongkrak.
q.      Langkah pembongkaran
Lepas disasembly transmisi dari reassembly transmisi seperti gambar berikut ini:

Gambar 31. Bagian-bagian luar transmisi

Lepas spring pin untuk megeluarkan garpu pemindah (shift fork).
Gambar 32. Melepas spring pin

Lepas mur pengunci main shaft.
Gambar 33. Melepas mur pengunci main shaft
Lepas reverse idler gear shaft.
Gambar 34. Melepas poros gigi mundur
Lepas main drive gear bearing.
Gambar 35. Melepas maindrive gear bearing

Keluarkan bearing pusat poros counter, dengan mendorong kedalam maindrive gear assembly, pindahkan poros counter assembly untuk mengeluarkan maindrive gear assembly.
Gambar 36. Melepas maindrive gear and counter shaft assembly
Lepaskan roda-roda gigi pada output shaft dengan melepas snap ring dengan menggunakan alat khusus atau menggunakan external clippliers (lihat gambar 28). Selain itu roda gigi yang dikeluarkan harus diberi tanda agar tidak terjadi kekeliruan letak dari roda gigi tersebut bila dipasang kembali.
Gambar 37. Cara melepas snap ring

Untuk tidak mengacaukan penempatan dari ring-ring sinkronis, sebaiknya dilakukan pemberian tanda seperti terlihat pada gambar 29, karena ring-ring tersebut harus pada posisi masing-masing.

Gambar 38. Pemberian tanda pada ring sinkronis
Jepitlah hubungan – sleeve no.1 dari transmission clutch pada ragum dengan diberi lapisan pelindung dari plat aluminium. Longgarkan dan buka mur dengan menggunakan alat khusus.
  1. Pemeriksaan:
a.       Periksa kebocoran minyak  pelumas pada seal poros input transmisi. Bila terdapat tanda-tanda kebocoran ganti sealnya. Bocoran minyak ini disamping menyebabkan ber-kurangnya kuantitas minyak pelumas ditransmisi, juga bila kena plat kopling menyebabkan koling jadi slip.
b.      Pemeriksaan kebocoran minyak pelumas juga pada seal poros engkol.
c.       Pemeriksaan sambungan kabel kopling dari keausan, dan kemacetan.
d.      Pemeriksaan bantalan jalan, dengan memutarnya apakah masih lancar atau   sudah rusak. Bila rusak ganti yang baru.
  1. Pemasangan:
a.       Lumasi menggunakan vet grafit atau vet yang tahan panas pada bantalan pilt pada fly wheel, alur bos penghantar bantalan tekan, dan alur poros transmisi. Perhatikan gambar  22. disamping itu juga pada ujung kabel kopling.







Gambar 39. Bagian-bagian yang diberi Vet

b.      Pasanglah/naikan transmisi pada dongkrak transmisi, seperti sebelumnya posisi transmisi harus datar, khusunya poros input transmisi. Dan transmisi ikat dengan baik pada dongkrak pada posisi pada saat terpasang.
c.       Masukan dongkrak dan transmisi kekolong bawah mobil.
d.      Naikan dongkrak hingga poros input tepat dengan bantalan pilot.
e.       Dorong transmisi pelan-pelan untuk menepatkan ujung poros input transmisi pada bantalan pilot  pada fly wheel. Setelah pas, dorong kembali hingga rumah transmisi duduk dengan mudah. Pada proses ini jangan sekali-kali dipaksa-kan dengan menekan pakai baut pengikat rumah transmisi.
f.        Pasang baut pengikat dan mounting transmisi. Keraskan sesuai dengan momen pengerasan pada buku manual.
g.       Pasang kembali motor starter beserta kabelnya.
h.       Pasang propeller shaft sesuai dengan tanda yang dibuat. 
i.         Pasang kabel speedometer dan kabel mundur serta klem knalpot.
j.        Isi minyak pelumas transmisi.
k.      Pasang kabel kopling dan stel ketinggian dan kebebasan pedal kopling. Lihat gambar 23 berikut. Tinggi pedal = 150,8 mm, dan kebebasannya = 20-35 mm.









Gambar 40. Penyetelan pedal kopling
l.         Pasang handel pemindah gigi transmisi beserta karet penutupnya.
m.     Turunkan kendaraan dari jack stand.
n.       Hidupkan mobil, cobalah penyetelan kopling dan kerja transmisi.
o.      Bersihkan alat dan perlengkapan yang dipergunakan.


B.     Perawatan dan pemeliharaan Transmisi manual
Pemeliharaan dan perawatan transmisi manual, tidak terlalu rumit namun memerlukan ketelitian. Pertama, memeriksa kebebasan gerak tuas pemindah. Kebebasan yang berlebihan disebabkan oleh keausan baut-baut penyambung, kerusakan bushing sambungan, atau penyetelannya. Secara visual/pengamatan langsung permasalahan tersebut dapat dilakukan. Kedua, memeriksa pelumasan transmisi. Pelumasan pada transmisi sangat penting, mengingat transmisi terdiri dari banyak komponen yang saling bersentuhan satu dengan yang lainnya. Pelumasan diperlukan untuk menghindari terjadinya keausan sebagai akibat kontak langsung antar logam komponen transmisi.
Transmisi pada umunya menggunakan minyak pelumas dengan viscositas SAE 80  atau SAE 90, namun demikian dalam menggunakan minyak pelumas untuk transmisi perlu melihat manual masing-masing produk kendaraan.
Karena dimungkinkan terdapat perbedaannya. Setiap 1500 km perlu dikontrol mengenai jumlahnya. Ketiga, pemeriksaan terhadap gejala-gejala kerusakan. Pemeriksaan ini terkait dengan kinerja transmisi, yaitu apakah transmisi dapat melakukan fungsinya dengan baik. Untuk melakukan pemeriksaan ini, berarti kendaraan harus dijalankan atau sering disebut dengan tes jalan. 
Gejala-gejala berikut ini menandakan bahwa terjadi kesalahan pada unit transmisi manual,
1.      Gigi Loncat dari hubungan.
2.      Gigi sulit Masuk.
3.      Suara berisik yang tidak normal.

C.     Trouble Shooting
Untuk mengetahui gangguan pada transmisi terlebih dahulu kita adakan pengetesan harus selalu diadakan pengecekan tinggi minyak pelumas dan putaran idle mesin. Trouble shooting berguna untuk menganalisa kerusakan baik kerusakan ringan sampai kerusakan berat. Untuk menganalisa dapat dilakukan mulai dari pengetesan secara visual, yaitu dengan melihat apakah terjadi kebocoran-kebocoran sil atau packing pada bak transmisi. Selanjutnya pengetesan dengan mendengarkan suara-suara yang tidak normal, pengetesan ini memerlukan tingkat ketelitian dan keahlian tinggi. Pengetesan dengan merasakan kekurangan atau ketidak normalan perpindahan gigi dengan mencoba pada tiap tahap percepatan dilakukan setelah pengetesan awal secara visual dan audio untuk selanjutnya dilakukan proses pembongkaran untuk selanjutnya dilakukan proses penggantian atau perbaikan komponen transmisi. Petunjuk diagnosanya trouble shooting dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Gejala-gejala
Penyebab
Perawatan
Perbaikan
1.Gigi loncat dari hubungan
- Shift fork aus
- Shift fork atau synchronizer sleede aus
- Locating spring lemah
- Main shaft aus


- Bearing primary shaft atau main shat aus
- Circlip-circlip terlepas
   Beri pelumas
   Periksa pelumas dan ganti

-

   Periksa minyak pelumas dan ganti
   Periksa minyak pelumas dan ganti
-
Bongkar dan ganti
Bongkar dan ganti


Bongkar dan ganti

Bongkar dan ganti


Bongkar dan ganti


    Bongkar dan   pasang
2. Gigi sulit masuk
- Kopling tidak bebas
- Konis synchromesh aus
  - Synchromesh splines aus
  - Mekanik pemindah aus
Stel kebebasan pedal kopling
-

-

-
-

Bongkar dan ganti

Bongkar dan ganti

Bongkar dan ganti
   3. Suara berisik  yang tidak normal
  - Jumlah pelumas kurang

  - End play countershaft gear
Periksa minyak pelumas dan ganti
-
-


Bongkar dan ganti shim

  - End play reverse idler gear
  - End play pinion shaft
  - Keausan pada roda gigi
-

-

-
Bongkar dan ganti shim
Bongkar dan ganti shim
Bongkar dan ganti shim